Kualitas
menurut ISO 9000 (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006: 175). adalah : ”Degree to which a set of inherent
characteristics fulfils requirement” (derajat yang dicapai oleh
karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan). Persyaratan dalam hal
tersebut adalah kebutuhan atau harapan yang dinyatakan, biasanya tersirat atau
wajib. Dengan demikian kualitas seperti yang diinterpretasikan oleh ISO 9000
tersebut merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan
sejauh mana output dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan.
Lupiyoadi
dan Hamdani (2006: 175) menyatakan, bahwa pada dasarnya konsep kualitas
bersifat relatif, yang bergantung pada perspektif yang digunakan untuk
menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Terdapat tiga orientasi kualitas yang
seharusnya konsisten satu sama lain (1) persepsi konsumen; (2) produk (jasa);
(3) proses. Perpustakaan adalah merupakan organisasi yang memproduksi jasa, di sini
diperlukan konsistensi untuk ketiga orientasi tersebut agar dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Di
dalam dunia bisnis, konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak. Kepuasan
pelanggan adalah merupakan evaluasi purnabeli yang merupakan pemilihan
alternatif yang dipilih paling tidak memberikan hasil (outcome) yang sama atau
melebihi harapan. Namun akan terjadi hal yang sebaliknya, yaitu ketidakpuasan
akan terjadi apabila hasil yang didapatkan tidak dapat memenuhi harapan
dari pelanggan (Tjitptono, 2008: 38).
Untuk
mengetahui kualitas pelayanan (service quality) dapat dilakukan dengan cara
membandingkan persepsi dari para siswa sebagai penggunaan perpustakaan atas
pelayanan yang nyata-nyata mereka terima dengan pelayanan yang sesungguhnya
mereka harapkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perpustakaan.
Penilaian
siswa sebagai penggunaan perpustakaan terhadap kualitas jasa perpustakaan akan
terjadi selama proses penyampaian pelayanan. Setiap kontak yang terjadi antara
pihak perpustakaan dengan pengguna merupakan gambaran mengenai suatu moment of
truth, yaitu suatu peluang untuk memuaskan atau tidak memuaskan siswa sebagai
penggunaan perpustakaan (Jafar, 2005: 48).
Pelayanan
didefinisikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain, hal tersebut pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu
produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen
(Kotler, 2002: 83). Dengan demikian, jika dalam kenyataannya atau
pelayanan yang diberikan melebihi dari yang diharapkan oleh para siswa sebagai
penggunaan perpustakaan, mereka akan merasa sangat puas. Namun jika
pelayanan yang diberikan perpustakaan sama dengan yang diharapkan mereka akan
puas. Sebaliknya jika layanan yang diberikan tidak sesuai atau bahkan dibawah
harapannya, maka mereka akan merasa tidak puas atau bahkan sangat tidak puas.
Dewasa
ini masyarakat semakin membutuhkan pelayanan yang efisien responsif, dan
berkualitas. Kotler dalam Jafar (2005: 48) menyatakan bahwa kualitas akan
dimulai dari penerima layanan dan akan berakhir pada persepsi penerima layanan,
dalam hal ini adalah siswa sebagai pengguna perpustakaan. Dengan demikian,
citra kualitas pelayanan perpustakaan yang baik bukanlah berdasarkan sudut
pandang dari pihak perpustakaan, melainkan berdasarkan sudut pandang siswa
sebagai pengguna perpustakaan.
Hal
tersebut berarti bahwa seharusnya perpustakaan mampu merespon dengan
menyediakan layanan yang terbaik untuk siswa sebagai pengguna perpustakaan,
sehingga pustakawan ditutuntut untuk dapat melayani dengan
sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dewasa ini terjadi
perubahan trend dalam hal perilaku siswa sebagai pengguna perpustakaan, sehingga diperlukan perubahan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan yang berorientasi kepada siswa
sebagai penggun perpustakaan (user oriented).
Untuk
menciptakan kepuasan siswa sebagai pengguna perpustakaan, perpustakaan harus
dapat memenuhi harapan dari siswa sebagai pengguna perpustakaan tersebut.
Seperti dinyatakan oleh Tjiptono (2008: 98), bahwa harapan pelanggan
merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya
bila ia membeli atau mengonsumsi suatu produk. Sedangkan kinerja yang dirasakan
adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengonsumsi apa
yang ia beli.
Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi harapan pelanggan, seperti pengalaman
berbelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat, serta informasi dan
janji-janji perusahaan dan para pesaing (Tjiptono, 2008: 98). Dengan melihat
pernyataan tersebut perpustakaan harus dapat memberikan pengalaman yang
menyenangkan terhadap siswa sebagai penggunaan perpustakaan, sehingga
perpustakaan akan mendapat opini yang baik. Kelengkapan informasi di
perpustakaan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena
perpustakaan juga mendapat pesaing dalam dunia penyediaan informasi lainnya dan
internet.
Posting Komentar